AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 14 Oktober 2009

Serpih Jejak di Pagi Cerah

Jam 7 lewat 15 menit. Kukayuh sepeda kesayanganku menuju MI Nurussalam tercinta. Hmmm.... Sepeda yang selalu setia temaniku kemanapun aku pergi. Sepeda bekas dari kakak kelasku yang sudah keluar dari pondok -coz dah nikah- yang juga satu konsulat denganku. Meski sepeda itu sudah usang dan karat dimana-mana, namun Alhamdulillah jarang masuk bengkel. Ya, Alhamdulillah, dengan begitu mudah aku mempunyai sepeda. Padahal, kalau harus membeli mungkin sekitar 500 ribuan. Sepedaku yang tidak pernah rewel meski entah sudah berapa bulan aku tidak mencucinya. Seingatku tahun kemaren aku baru mencucinya sekali. Hehehe..... dicuci setahun sekali plus ga pernah dilap. Jorok! Jadi inget sepedaku dulu. Entah bagaimana keadaannya sekarang. Kabar terakhir kudengar sepedaku dihibahkan ke tetangga karena di rumah tidak ada yang menggunakannya. Dari pada nganggur lebih baik dipakai orang lain.

Kukayuh sepeda melewati jalan paving mulus di pondok sambil sesekali menjawab salam anak-anak yang melewatiku. Dulu akupun juga seperti mereka.

Kulewati pintu gerbang pondok. Kutolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Kosong. Yups, kunaiki sepeda melewati aspal. Jalannya lebih enak. Meski sesekali berdekatan dengan truk-truk besar dan bis SK yang suka ngebut. Agak merinding juga melewatinya.

Mendekati lokasi yang kutuju, kutolehkan ke belakang. Memastikan bahwa tidak ada kendaraan di belakangku, begitu juga arah di depanku. Setelah pasti bahwa jalanan aman, aku menyeberang tanpa menghentikan sepeda. Yups, Alhamdulillah, selamat. Maklum, jalan raya yang kulewati lumayan ramai. Jalan propinsi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jika aku kurang berhati-hati lalu tiba-tiba ada kendaraan lewat dan mmenabrakku. Braaakkk!!!!!! Aaaaaaa........ Hehehee... hayalan tingkat tinggi.

Baru sampai di halaman masjid, kudengar anak-anak memanggilku, "ustadh Luluu.......k" Kutolehkan kepala dan tersenyum kembali menyapa mereka. Hmm..... senangnyaa......

sampai di tempat parkir, beberapa anak menghampiriku. "Assalamu'alaikum", mereka mencium tanganku. hehehee...

Alhamdulillah, pagi yang indah. Cerah. Semoga tetap indah dan berakhir dengan keindahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar