AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Sabtu, 17 Oktober 2009

Terimakasih......


Terimakasih
Meski kutahu semua takkan terbalas hanya dengan ungkapan terimakasih
Kau buatku tersenyum
Tertawa
Lepaskan beban
Kau sambut aku dengan senyummu di pagi biru
Kau buatku tersenyum dengan panggilanmu
Kau doakan aku dengan salammu
Kau teduhkanku dengan ciummu di tanganku
Kau buatku damai dengan pelukmu
Kau buatku tertawa dengan ceritamu
Seakan aku berada di lautan embun
Di lapangan putih
Semua suci
Damai....
Polos....
Terimakasih
Anak-anakku
Aku janji
Tak akan melupakanmu
Terimakasih anak-anakku
Kau lukis sejarahku dengan tawa candamu
Kau sebarkan tawa kepadaku.
Salam sayang selalu
Dariku untukmu
Anak-anakku......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar