AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 21 Oktober 2009

Kisah Sebuah Kerang

Alkisah terdapat sebuah kerang di tepi pantai
Yang terkejut pada suatu hari
Karena ada pasir laut berwarna putih
Yang terhempas ke dalam tubuhnya

Memanglah hanya butiran kecil saja
Tetapi sang kerang merasa kesakitan
Dan rasa sakit itu datang terus-menerus
Tetapi, adakah kerang yang kesakitan itu berteriak, menjerit,
Dan menyalahkan takdir buruknya?

Jawabnya adalah tidak
Sang kerang berpikir,
Karena aku tak mampu mengeluarkan pasir itu
Maka aku harus bertahan
Dan membuat pasir itu menjadi sesuatu yang berguna

Hingga suatu ketika,
Kerang tersebut telah sampai pada ajalnya
Untuk dimasak, direbus
Sebagai santapan manusia

Andai saja sang kerang tahu
Mungkin ai akan tersenyum
Mengetahui pasir yang menyakitinya saat itu
Telah berubah menjadi mutiara
Yang berkilauan indahnya
Menjadi sesuatu yang indah pada akhirnya

Kisah kerang di atas
Memberikan pelajaran pada kita semua
Mampukah kita berbuat hal yang sama?

Dikutip dari buku The Inspiring Words.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar