AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 05 Mei 2010

Keadilan Palsu

Semua bertopeng
Hanya pura-pura
Tak ubah laksana pewayangan
Yang dikendalikan uang

Hakim palsu duduk di meja hijau
Jaksa palsu
Pembela umum palsu
Aturan palsu

Tenang saja....
Selama kau punya uang
Kau tak usah hadir di meja hijau
Gampang....
Pura-pura sakit ajalah
Atau... sekalian aja jalan-jalan ke Singapura
Tuh ada dokter yang mau uang
Jaksa?
Kasih uang ajalah
Hakim?
Ah, ga jauh beda kok


Tidak ada komentar:

Posting Komentar