AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 23 Mei 2010

Memories of Amaliyah Tadris

Yups, pagi ini radio sudah berbunyi. Suargo alias Suara Gontor FM bersuara. Lagu "Oh Pondokku" terekam di telinga disusul nasyid-nasyid Ansyada dan entah siapa. Bagus juga lagunya. Nasyid-nasyid mengiringi derap langkah kaki kami menuju aktifitas pagi. Yups, siap-siap amaliyah Tadris. As a supervisor maksudnya.

Wah, jadi inget masa amaliyah tadris dulu. Tanya maddah, izin hishoh ke mudarrisahnya, tulis i'dad, buka mu'jam, siapkan wasailul idhoh, diperiksakan, revisi, tulis ulang, foto copy. Jadi deh, tepat jam 2 malam. Langkah selanjutnya go ke kelas, periksa kelas, lihat kondisi papan tulis, atur meja, terus hafalan, latihan and ukur waktu. Huh.... seru2! melelahkan.

Paginya siap beraksi. Mengajar dikelilingi dan diperhatikan 14 temen-temen plus seorang musyrif yang semuanya siap mengoreksi dan mengkritik kita lumayan membuat deg-degan. Apalagi waktu detik-detik awal memasuki kelas. Tapi... lama-lama kalau sudah memasuki pertanyaan muqoddimah dan mufrodat, deg-degannya hilang. Selesai mengajar bersiaplah untuk mendapatkan hadiah dari temen-temen dan musyrif. Kritik yang membangun pastinya. Yups, cermin buat kitalah.

Hmmm... jadi pengen baca buku intiqodatku dulu nih. Pengen lihat lagi kesalahan-kesalahanku dulu waktu amaliyah tadris. Kayaknya masih tersimpan di lemari buku di rumah deh. Liburan nanti ah, baca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar