AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 25 November 2009

Aku Berdiri di Sini


Dulu aku ada di sana
Bersama mereka
Menatap
Melihat
Mendengar

Kini aku ada berdiri di sini
Memberi warna
Mengisi

Harapan
Bukan sekedar warna
Bukan sekedar isi

"Yups, Guru bukanlah sekedar memberikan materi pelajaran.
Namun ia juga bertanggung jawab terhadap pendidikan dan jiwa murid-muridnya.
Bagaimana jiwa-jiwa itu akan diwarnai.
Kemana otak-otak itu akan diisi.
Guru bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada siswa.
Lalu selesai begitu saja.
Ketika seorang guru mengajar pelajaran Sains, Matematika dll, bukan hanya sekedar memberika materi pelajaran. Namun hendaknya ia memberikan unsur ilahiyah, mengagumi keangungan Allah. Dan mungkin lebih dari itu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar