AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 10 Desember 2009

Al-Qur’an dan Napoleon


Napoleon Bonaparte, seorang yang brilian dalam dunia politik, telah memikirkan tentang kaum muslimin. Dia bertanya, “Dimanakah markas kaum muslimin?” Orang-orang menjawab, “Mesir”.

Dia pun bergerak menuju Mesir disertai seorang penerjemah Arab. Sesampainya disana, dia bersama penerjemahnya itu langsung menuju perpustakaan.

Dia berkata kepada sang penerjemah, “Bacakan salah satu buku ini untukku”.

Si penerjemah mengambil salah satu di antara sederetan buku yang ada di sana. Ternyata yang diambinya adalah Al-Qur’an. Lembar pertama yang dibukanya membuatnya terpesona. Sang penerjemah membacakan ayat itu kepada Napoleon: Sesungguhnya Al-Qur’an itu memberikan petunjuk (kepada manusia) menuju jalan yang paling lurus. (Al-Isra’:9).

Napoleon keluar dari perpustakaan. Dari malam hingga pagi, dia terus memikirkan ayat tersebut. Setelah terjaga dari tidurnya di pagi hari, untuk kedua kalinya, dia langsung ke perpustakaan. Dia meminta kepada penerjemahnya untuk membacakan buku yang kemaren dibacakan untuknya. Si penerjemah membuka Al-Qur’an, membacakan beberapa ayat dan mengartikannya. Setelah itu Napoleon kembali ke rumahnya. Malam harinya dia terus tenggelam dalam lamunan tentang Al-Qur’an itu.

Hari ketiga dia kembali lagi ke perpustakaan. Atas permintaan Napoleon, si penerjemah pun langsung langsung membacakan beberapa ayat dan menerjemahkannya. Mereka berdua kemudian keluar dari perpustakaan . Napoleon bertanya, “Berkaitan dengan agama manakah itu?” Si penerjemah menjawab, “Ini adalah kitab orang-orang Islam, dan mereka berkeyakinan bahwa al-Qur’an ini telah diturunkan dari langit kepada nabi Mereka”.

Napoleon lantas mengucapkan dua kalimat; yang pertama menguntungkan kaum muslimin, dan yang kedua membahayakan mereka. Ucapan yang keluar dari mulut politikus besar inidan menguntungkan kaum muslimin adalah katak-katanya, “Aku telah belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan komprehensif buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan.” Adapun kata-kata yang membahayakan kaum muslimin adalah, “Selama Al-Qur’an ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali bila kita pisahkan antara mereka dengan Al-Qur’an.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar