AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 10 Desember 2009

LOVE U MOM……….

Sudah jam setengah dua malam. Eh, pagi deng. Namun mata ini belum juga terlelap. Tadi habis minum kopi sih. Niatnya mau belajar terus mau ngeprint & ngerjain beberapa proker buat MUKER DEMA, terus benerin stop kontak yang rusak (bermanfaat juga pelajaran fisika, rangkaian listrik waktu di MTs dulu. Jadi tahu dikitlah). Eh……. Ternyata semua planning ga terlaksana. Belajar pun engga’. Padahal besok sore UTS. Habis nulis I’dad persiapan ngajar besok, yang kepegang malah buku non materi kuliah. Hehee…. Ujian untuk belajar. Bukan belajar untuk untuk ujian.

Sambil ditemani jet audio, nasyid Brother “Do’a perpisahan” aku menulis tulisan ini. Merdu. Kudengar suara seorang teman masih nyingkuk mengahafal materi ujian besok. Semangat belajarnya luar biasa.

Barusan kubaca buku “Catatan Seorang Ukhti”. Menarik. Penuh dengan perenungan dan pelajaran hidup. Mulai dari kehidupan orang jalanan, muallaf, mujahid, kisah Rasulullah dan para sahabat, sampai penindasan terhadap umat Islam. Ada satu bab yang membahas tentang Ibu. Jadi ingat Ibuku di rumah. Bagaimana keadaan beliau di rumah? Ku belum nelpon minta do’a mau UTS. Sebenernya tanpa diminta pun pasti orang tua selalu mendo’akan anak-anaknya. Hmmm…. Ingat ketika beliau mengantarku ke pondok pertama kali. Beliau terus menangis meninggalkanku. (Sampai sekarang juga masih selalu menangis kalau aku berangkat kembali ke pondok). Kucoba tegar dan tak meneteskan air mata di depan beliau. Berusaha menghibur. Meski di belakang beliau, ku nangis juga akhirnya. Hehee…… cengeng….. Ingat nafas beliau kala terlelap. Ingat jari-jari beliau yang kasar karena terus bekerja. Ingat kulit muka beliau yang keriput termakan usia. Ingat masakan beliau. Ingat ketika aku bilang kepada beliau “Ananda minta maaf karena sampai saat ini belum bisa memberikan apa-apa. Masih terus merepotkan. Masih terus minta uang…..” Dan beliau menjawab dengan penuh bijaksana. Hiks hiks…….

Yups, demikian besar kasih sayang seorang Ibu untuk anaknya.

6 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar