AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 16 Desember 2009

Telat 10 menit

Jam dinding di kamar menunjukkan pukul 14.00. Itu artinya saat ini sudah jam setengah dua lewat sepuluh menit. Yups, jam dinding itu memang sengaja dilebihkan 20 menit. Biar kita lebih tepat waktu. Namun, kadang membuat kaget dan terburu-buru salah satu anggota kamar jika lupa kalau jam dinding itu lebih 20 menit. Heheeee.....

Jam setengah dua lewat sepuluh menit. Itu artinya aku telah terlambat 10 menit. Kukayuh sepeda menuju aula belakang. Siang ini ada acara "Munaqosah Qubro". Sempat kulihat langit biru yang sungguh mempesona. Luas. Tanpa batas. Putih bunga ilalang melambai tertiup sang bayu. So beautiful. Daun-daun hijau pepohonan dan hamparan hijau sawah. Subhanallah. Di belakang semua itu, sebuah background gunung lawu nan indah. Yups, lagi-lagi aku hanya mampu bilang subhanallah. Benar-benar lukisan yang luar biasa indah.

Sampai di dalam aula, kulihat kursi-kursi di depan masih kosong. Ternyata aku orang yang pertama datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar