AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 27 Desember 2009

Imad Aqil

Imad Aqil, nama yang diambil dari nama pahlawan Islam Imad-ud-din Zanki, itu melegenda dalam sejarah perjuangan Palestina. Ia adalah pemberani yang tidak pernah mau dibicarakan. Imad Hasan Ibrahim Aqil lahir tanggal 19 Juni 1971 di kamp pengungsi di Jabaliya. Sejak kecil, ia sudah menjadi bintang (bukan bintang dangdut,lho!) dengan kecerdasan, keberanian, dan kepemimpinannya. Sampai SMU, ia adalah murid terbaik di sekolahnya. Ia juga sangat dekat dengan aktivitas di keislaman.

Ketika HAMAS berdiri pada tahun 1997, ia bergabung dan menjadi motor birgade Izzuddin Al-Qossam. Kelompok pemberani ini menjadi kumpulan orang yang paling bikin tentara Israel keder. Mereka bergerak cepat dan efektif. Dengan seragam yang khas (rada-rada mirip ninja), mereka bisa muncul, menyerang, dan menghilang tiba-tiba. Pertahanan Israel yag dikenal ketat itu entah bagaimana bisa ditembus. Tentara Israel dilanda kekalutan. Dimana-mana, mereka merasa bahwa brigade Izzuddin Al-Qossam bisa muncul dan mebunuh mereka. Imad Aqil kemudian menjadi pemimpin pasukan elitnya, Unit Syuhada’ Al-Aqsha. mereka melakukan berbagai serangan spektakuler yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Informasi mengenai Imad Aqil baru terkuak ketika salah seorang kader inti HAMAS mengungkapkan hal itu dalam penyiksaan yang amat keji oleh Israel. Imad tidak gentar sedikitpun, walaupun ia menjadi orang yang paling diburu Israel, termasuk intelejennya yang termasyhur sebagai intel paling canggih sedunia. Ketika para saudaranya meminta Imad keluar dari Palestina supaya selamat, ia berkata: "Saya akan tetap di Palestina sampai saya mendapat mati syahid dan masuk ke surga. Inilah jihad…kemenangan atau mati syahid."

Hari-hari dalam penyamaran dijalani Imad dengan ikhlas. Di sela-selanya, ia masih cukup gencar melakukan serangan terencana ke Israel. Israel hampir frustasi menghadapai orang yang satu ini, bahkan setelah syahid pada tanggal 24 November 1993, tahun keempat syahidnya Syaikh Abdullah Azzam, sekaligus hari keempat setelah peringatan syahidnya Syaikh Izzuddin Al-Qossam. Saat itu, ia sedang berpuasa.

Ia diundang berbuka puasa di daerah Syuja’iya, Gaza. Tak lama setelah menikmati buka, pasukan Israel sudah mengepung permukiman itu. Ya, untuk Imad Aqil, Israel mengerahkan ratusan tentara, puluhan panser, 60 bom, dan beberapa helikopter. Mereka rame-rame mengepung tempat Imad Aqil. Para tentara mengepung rumah tempat Imad berbuka, bahkan sampai naik ke rumah orang segala, mengarahkan moncong senjatanya ke rumah itu.

Imad Aqil dengan tenang pada si pemilik rumah, "Sudah satnya bagiku untuk memperoleh syahid." Imad kemudian naik ke atas rumah, kemudian shalat sunah dua rakaat. Israel, sementara itu, memblokade semua jalan keluar dan bahkan mengebom rumah penduduk. Ketika shalatnya selesai, ia turun ke bawah dan berteriak "Allahu Akbar!" sambil menarik picu tembakannya. Serentak, rentetan senjata api memberondong tubuhnya. Sebuah meriam tank akhirnya meluluhlantakkan tubuhnya, mengantarnya menemui Tuhannya.

Setelah itu, Jenderal Amtan Felnay yang memimpin operasi kejam itu memerintahkan pasukannya untuk diam di tempat. Ia tidak yakin Imad Aqil telah mati. Tentara Israel berpandangan satu sama lain, saling mendorong untuk mendekati mayatnya yang sudah bercerai berai. Tidak ada yang berani. Mereka akhirnya malah menodong warga untuk mengambil jasadnya. Nidhal Farahat, kerabat Fathi Farahat yang di masa berikutnya mengikuti jejak Imad, adalah orang yang mengambil potongan-potongan mayat Imad Aqil. Ia dipaksa meletakkan mayatnya di depan para tentara Israel.

Melihat Imad Aqil telah mati, ketakutan mereka berubah menjadi kekejaman luar biasa. Tubuh Imad Aqil yang sudah hancur itu masih diberondong sampai lebih dari 70 tembakan, ada juga yang mencabik-cabik tubuhnya dengan pisau. Setelah itu, mereka bernyanyi-nyanyi gembira: "Imad telah mati…Imad telah mati…." Mereka bangga dengan aksi pengecut mereka: ratusan tentara, puluhan tank, beberapa helikopter hanya untuk satu orang. Bahkan, mayatnya pun masih membuat mereka takut.

Esoknya, Palestina bersatu dalam duka, sekaligus semangat yang membara. Kampung Syujaiya merubah satu sekolahnya menjadi "Madrasah Imad Aqil". Sekolah-sekolah kehilangan murid-muridnya yang ikut berdemonstrasi di jalan-jalan. Langit Palestina bergemuruh, seakan menyatakan bahwa Imad-Imad yang baru akan lahir. Sampai-sampai, Haaretz (media Israel) memuat tulisan Amira Hess: "Tampaknya kehebatan Imad Aqil, komandan Batalyon Izzuddin Al-Qossam itu masih terasa getarnya…saya menyaksikan anak-anak kecil terus-menerus melempari pasukan Israel dengan batu dan berseru: "Kami semua adalah Imad Aqil! Kami semua adalah Imad Aqil!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar