AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Rabu, 13 Januari 2010

Fasilitas Mewah di Penjara.... Ah, Lumrah Itu!

Sore itu aku sedang baca koran Republika. Kebetulan artikel yang kubaca masih seputar Artalyta. "Ukha, mau masuk penjara ga? enak nih ada televisi, AC, kulkas, karaokea....," Kataku kepada seorang temanku. "Dah, dari dulu kali Lk fasilitas kayak gitu...."

Fasilitas mewah bagi para narapidana berkantong tebal. Kalau seperti itu, bagaimana penjara akan memberikan efek jera?! Semuanya hanya omong kosong.

Coba kita review kembali ucapan Dirjen PAS Untung. Gini nih katanya, "Ruang 1 di lantai 2 kantor rutan, adalah ruang Dharma Wanita yang digunakan untuk latihan keterampilan membuat kerajinan manik-manik. Sementara ruangan kedua di lantai 3 adalah ruang pelaksanaan pesantren kilat. Kebetulan Artalyta dan Aling adalah ketua kegiatan yang menempati dua ruangan tersebut." Hmmm..... Kalam farigh. Sudah jelas-jelas salah, masih saja mencoba mencari pembenaran. Ada lagi nih tambahan kata dari Kepala Kantor wilayah pemasyarakatan Depkumhan DKI Jakarta, Asdjuddin Rana. Gini nih katanya,"Masak fasilitas yang diberikan Aulia Pohan dan Artalyta misalnya, sama dengan tukang copet". Ia menegaskan pembedaan fasilitas dan pelayanan kepada tehanan sudah lumrah dilakukan.

Para koruptor biasanya mencuri uang sejumlah berapa ya? Milyaran bukan? Terus kalau para pencopet... mencurinya sampai milyaran juga ga ya? Kalau para koruptor.... yang dicuri itu uang rakyat, uang negara. Kalau para pencopet... yang dicuri uang orang kaya. Koruptor dan pencopet dua-duanya salah. Hukumannya?

Hmmm..., fasilitas mewah di penjara seperti tempat tidur pegas,kulkas, televisi, AC, meja kantor, dll telah dianggap wajar menurut aparat penegak hukum yang menjaga penjara. So, bagi Anda yang mau menghuni penjara, tinggal siapkan segepok uang, aparat penegak hukum dan pengawas penjara menyediakan fasilitas-fasilitas mewah yang anda inginkan. Jadi anda tidak perlu takut masuk penjara. Anda juga tidak perlu takut korupsi. Hukumannya paling-paling masuk penjara dengan fasilitas mewah kok. Ga jauh beda sama tinggal di hotel. Ada uang, ada fasilitas. Silahkan daftarkan diri anda.

Akankah hal semacam ini hanya menjadi berita sekilas lalu terlupa begitu saja dan akan terus berulang tanpa ada perbaikan? Sampai kapan aparat penegak hukum dan pemerintah bermental uang? Sama sekali tidak punya prinsip. Menghalalkan segala cara hanya demi uang. Bagaimana Indonesia akan bangkit? Bagaimana bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang makmur kalau aparat penegak hukumnya saja seperti itu? Kalau pemerintahnya masih suka korupsi? Mementingan kepentingan dan fasilitas pribadi? Kapan hutang Indonesia akan terbayar lunas kalau uang rakyat masih banyak yang masuk ke kantong-kantong pejabat? Bagaimana bangsa Indonesia akan membaik kalau pemerintahnya saja tidak punya niat sama sekali untuk memperjuangkan dan memperbaiki nasib bangsa Indonesia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar