AHLAN WA SAHLAN
Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.
Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)
Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.
Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)
Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.
Jumat, 08 Januari 2010
Hukum di Indonesia
"Hukum di Indonesia, Kalamun Farigh", mantap banget kata-kata itu.
Yups, Hukum di Indonesia Omong Kosong.
Hukum di Indonesia tak mengenal apa itu benar apa itu salah.
Hukum di Indonesia hanya mengenal pembenaran jika ada uang.
Bukan kebenaran.
Tapi pembenaran.
Dan hanya mengenal kata-kata "kau yang salah" jika kau tak punya uang.
Hukum di Indonesia adalah bawahan uang.
Hakim mengangguk jika menatap uang.
Jaksa ngikut jika disodori uang.
Hukum Indonesia tunduk pada uang.
Jika kau berbuat salah dan punya banyak uang.... ah, tenang.... bayar saja hukum, selesai masalah!
Ketika para koruptor mencuri ratusan juta bahkan milyaran rupiah, Hukum indonesia berjalan seperti siput. Lelet...... pelan.... lambat........ dan berujung ketidak jelasan.
Mentang-mentang yang dihakimi orang kaya.
Beda lagi jika yang salah rakyat miskin.
Meskipun setingkat mencuri sebuah semangka.
Tindak sekarang juga.
Kenapa hukum di Indonesia membedakan antara yang kaya dan si miskin?
Ah, tidak adil!
Omong kosong!
Siapa dibalik hukum di Indonesia?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar