AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Kamis, 21 Januari 2010

Keluarga

"Arza lemes Us, dari tadi. Puasa", Kata Khoris, teman sebangku Arza. Mereka adalah siswa kelas 3 A MI Nurussalam.
"Mas Arza puasa?", tanyaku.
"Iya Us", jawabnya pelan.
"Puasa apa Mas? Puasa Senin Kamis?" Tanyaku kepadanya karena kebetulan hari ini memang hari kamis.
"Bukan Us", jawabnya.
"Puasa mengganti Ramadhan kemaren", terang Khoris kepadaku.
"Lho, emang Mas Arza Ramadhan kemaren ga puasa?"Tanyaku.
"Puka tiga hari Us", jelasnya kepadaku.
"Kenapa puka?", lanjutku terus bertanya.
"Ga kuat Us. lemes, ga sahur", jawabnya.

Subhanallah, anak kelas 3 MI/SD, sudah diajarkan orang tuanya untuk mengganti puasa Ramdhan. So Sweaaattt......... Keluarga benar-benar menjadi pusat penerapan pendidikan agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar