AHLAN WA SAHLAN

Puisi adalah jiwa. Luapan perasaan. Dalam puisi ada cinta, nostalgia, ideologi, dan rasa syukur.


Tulislah apa yang ada di pikiranmu. Luapkan dalam coretan-coretan indahmu. Dan sepuluh tahun lagi mungkin kau akan tertawa atau bahkan mungkin coretan itu akan menjadi sebuah memori yang mahal. menjadi sebuah cerita tersendiri yang bisa dikenang. Yups, selagi kita masih bisa menulis, kenapa kita tidak meluapkannya dalam coretan-coretan? Meskipun coretan itu hanya bisa kita nikmati sendiri (hehe... menghibur diri ni?)

Pernah frustasi gara-gara karyamu gak pernah diterima? Nasiiib... nasiiib. Kalo iya, berarti kamu senasib dong ma aku. Asiiik ada temen senasib nih! Ceritanya aku lagi frustasi nih lianna (kan biasanya pake coz, sekarang ganti lianna ja biar lebih..... apa ya? lebih bernuansa kearaban gitu deh! Biar ga English mulu!) puisiku ga diterima di majalah yang pernah kukirim, akhirnya bikin blog sendiri ja deeeh. Yaah, nikmati sendirilah.

Minggu, 10 Januari 2010

Penjara Atau Pindah Rumah?

Tadi kubaca berita.
Ditemukan dalam sel Artalyta Sunjani (terdakwa kasus penyuapan terhadap Jakso Urip Tri Gunawan dalam kasus penyelidikan perkara BLBI. Urip menerima uang 660 ribu dolar AS.), Pondok Bambu, Jakarta Timur penuh dengan fasilitas mewah. Ada Televisi, kulkas, meja kantor, plus perawatan gigi. Waaahhhhh...... itu sih bukan penjara bu' namanya. Pindah rumah. Kenapa ga sekalian aja dilengkapi dengan kolam renang, salon, atau.... lapangan olahraga barangkali?

Dan petugas yang mengawasi di sana?
Kok diem aja melihat hal itu?
Kenapa diam?
Adakah sesuatu yang masuk di kantong mereka?

Ya, inilah hukum di Indonesia.
Kalah dengan uang.
Tak mengenal halal dan haram.
Tak mengenal benar dan salah.
Penjara ternyata bisa berubah menjadi rumah.
Atau.... mungkin bisa juga menjadi villa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar